Selasa, 20 Agustus 2013

Sebuah Refleksi Perjuangan

  بسم الله الرحمن الرحيم
 السلام عليكم و رحمة الله
"Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana" (TQS.2 :32)

             Segala puji bagi Allah Rabb Semesta Alam yang masih memberikan kita berbagai macam nikmat dalam kehidupan ini, dan sudah sewajarnya bagi kita untuk bersyukur terhadap nikmat yang kita terima agar kita termasuk orang-orang yang bersyukur. Sholawat serta salam semoga Allah sampaikan kepada Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam, kepada para keluarga, sahabat, serta pengikutnya yang selalu senantiasa mengikuti sunnah-sunnahnya.

       Pas lagi buka - buka facebook,, eeh nemu tulisan ini. Ternyata dulu pernah nulis dan ini tulisan pertama saya. Saya buat tulisan ini pada tanggal 16 Juni 2012 pas baru awal-awalnya saya gabung di sebuah Yayasan bernama Rumah Iqro.. Nyoook simak>>>>>

            Saya awali tulisan ini dengan sebuah kutipan seorang ustadz yang mengatakan bahwa da’wah kita ini seperti bertani. Kurang lebih beliau mengatakan bahwa kita ini seolah-olah sedang bertani di sebuah sawah yang luas dengan tujuan untuk menanam padi. Tentunya petani manapun pasti menginginkan padi yang mereka tanam dapat panen dengan kualitas yang baik. Begitu juga dengan kita, sekarang ini kita sedang ‘bertani’ di sebuah sawah yang bernama Rumah Iqro. Yang di dalamnya terdapat bibit – bibit yang sedang kita rawat agar nantinya bisa tumbuh menjadi sebuah tanaman atau sebuah padi yang unggul dan berkualitas baik. Dan tentunya dalam kita bertani atau bercocok tanam, kita membutuhkan pupuk – pupuk yang berkualitas baik yang nantinya akan kita berikan kepada bibit – bibit yang sedang kita tanam. Tentunya asupan – asupan yang kita berikan akan berpengaruh terhadap apa yang kita sedang tanam. Jika asupan yang kita berikan baik dan berkualitas, maka hasil yang akan kita dapatkan akan sesuai, tetapi sebaliknya jika asupan yang kita berikan biasa – biasa saja atau asupan yang tidak berkualitas, maka jangan heran jika hasil tanamana kita nanti hasilnya tidak baik.
              
              Sama halnya dalam kita berjuang dalam menumbuhkan atau mengembangkan bibit – bibit yang sedang kita rawat ini, khususnya di Rumah Iqro ini. Asupan – asupan ini bisa kita ibaratkan dengan ilmu yang kita miliki, tentunya ilmu yang kita berikan kepada anak – anak didik kita akan berpengaruh kepada output yang akan kita lihat. Dan harapan kita semua, kita berusaha meningkatkan ilmu kita masing – masing agar apa yang kita berikan kepada adik-adik kita adalah sesuatu yang berkualitas baik agar output yang akan kita lihatpun sesuai dengan harapan kita.

              Di saat kita bertani dalam sebuah sawah, tentunya kita sering atau pernah menemukan sesuatu di sawah tersebut, misalnya belut, ikan-ikan sawah, atau yang lainnya. Dan mungkin hal-hal baru yang kita temukan itu menjadikan kita lalai dalam bertani dan akhirnya padi yang akan kita tanam tidak terawat dengan baik dan bahkan terancam gagal panen pada padi tersebut. Ya bisa di bilang ini hampir sama pada saat kita berjuang di Rumah Iqro, di tengah perjuangan kita mungkin kita menemukan hal – hal baru atau hambatan – hambatan yang justru hal tersebut membuat kita patah semangat, atau lalai dalam mendidik adik – adik kita. Jika hal ini di biarkan begitu saja, tentunya akan berpengaruh terhadap perkembangan atau pertumbuhan adik – adik kita ini. Yang kita harus lakukan adalah mengembalikan niat dan tujuan kita, yaitu ‘menanam padi’. Jangan sampai niat dan tujuan kita ini ternoda dengan keindahan – keindahan dunia  yang sifatnya fana.

            Seorang ulama berkata, “Seseorang yang berjuang tidak disertai dengan keikhlasan, seperti seseorang yang melakukan perjalanan jauh dan dia sedang membawa batu dalam karung sebagai bekalnya” -Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah- (رحم الله)
Tulisan ini saya buat bukan untuk menyindir pihak manapun, melaikan ini sebagai teguran untuk diri saya pribadi dan untuk kita semua. Bukan bermaksud untuk menggurui atau apa, tetapi saya hanya memaparkan kenyataan yang mungkin saat ini sedang terjadi kepada kita. Coba kita simak ayat berikut ini :
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.” QS An Nisa ayat 49.
Ayat ini merupakan acuan bagi kita agar kita takut kepada Allah jika kita meninggalkan generasi – generasi yang lemah di belakang kita, ya dalam hal ini mungkin adik  - adik kita yang sedang kita bimbing. Tentunya kita tidak ingin meninggalkan mereka menjadi generasi – generasi yang lemah, yang kita harapkan adalah agar mereka menjadi generasi – generasi yang tangguh dan juga dapat bermanfaat untuk orang lain. Allah SWT telah memberikan kita perumpamaan dalam Al-Qur’an QS Ibrahim ayat 24 - 27.
24. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik[786] seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,
25. Pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
26. Dan perumpamaan kalimat yang buruk[787] seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.
27. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh itu[788] dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.
Keterangan:
 [786] Termasuk dalam kalimat yang baik ialah kalimat tauhid, segala Ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan yang baik. kalimat tauhid seperti laa ilaa ha illallaah.
[787] Termasuk dalam kalimat yang buruk ialah kalimat kufur, syirik, segala Perkataan yang tidak benar dan perbuatan yang tidak baik.
[788] Yang dimaksud ucapan-ucapan yang teguh di sini ialah kalimatun thayyibah yang disebut dalam ayat 24 di atas.

Mari kita BANGKITKAN SEMANGAT KITA, RAPATKAN BARISAN KITA, KITA HADAPI TANTANGAN – TANTANGAN yang ada. HILANGKAN PERBEDAAN – PERBEDAAN 
yang ada diantara kita, Perbaiki diri, Saling Menasehati..

Dalam sebuah hadist shohih di sebutkan, Rasululloh SAW bersabda
الله لا ينظر إلى أجسامكم و لا إلى صوركم, ولكن الله ينظر إلى قلوبكم
“Alloh tidak melihat kepada rupa – rupa kalian dan bentuk – bentuk kalian, tetapi Alloh melihat kepada hati-hati kalian”

Terakhir saya tutup tulisan ini dengan sebuah kutipan Ustadz Rahmat Abdulloh (رحم الله)
Seonggok kemanusiaan terkapar, siapa yang mengaku bertanggung jawab?
Bila semua menghindar, biarlah saya yang menanggungnya, semua, atau sebagiannya"

و السلام عليكم و رحمة الله 
اللهم أعزّ الإسلام و المسلمين
اللهم انصر إخواننا المسلمين في كلّ مكان و في كلّ زمان

14 Syawwal 1434 H / 21 Agustus 2013
di Universitas Kehidupan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar